pemandangan dari film dokumenter "Earth" yang akan dibuka pada awal bulan depan. Diprovide oleh All That Cinema
”Earth”, film documenter yg di sutradarai oleh Alastair Fothergeil dan Mark Linfield, dibuka tgl 4 Sept dengan harapan mengarah pada gerakan ekologi untuk menyelamatkan bumi dari pemanasan global. Film documenter ini berdasarkan pada Seri televisi dari British Broadcasting Company “Planet Earth’ (2006) dan mengikutin jalur migrasi dari perjuangan keluarga binatang.
Dalam versi Koreanya, aktor film dan televisi Jang Dong-gun akan menjadi narasi dibawah pengawasan sutradara Lee Myung-se. “Karena binatang2 tsb tidak punya skrip line, adalah peran narrator untuk membawa cerita, humor, emosi, getaran dan ketegangan film tsb” Lee mengatakan bahwa film tsb adalah versi binatang dari “Ocean Eleven” (2001) nya Steven Soderbergh. “Ini petualangan” ujarnya.
Sebenarnya, binatang2 memiliki energi untuk membawa emosi seseorang, ujar Lee. Ketika dia pertama kali melihat film documenter tsb, Lee lbh bersemangat bekerja dengan narasi korea . Dia berpikir pesan yg ada dapat tersampaikan lebih jelas kepada para pemirsa lokal di korea daripada menggunakan bahasa inggris atau terjemahan.
Petualangan yang dimasuki oleh binatang2 tsb setelah mereka bisa keluar dari perubahan iklim carves adalah pesan special yang dalam di hati pemirsa. “Kita berpijak di bumi ini tapi kita menyia2kannya” uja Jang “Kita sering lupa untuk berterima kasih pada alam”
Dan saat ini, Bumi ada dibawah ancaman ekologi yg besar. Film ini menunjukan bagaimana luasnya alam – pelangi , air terjun yg besar, gunung2 himalaya serta awan2. Pembuatan film documenter ini mengambil lokasi di 26 negara yg berbeda dan membutuhkan 5 tahun pengerjaan. Sebanyak 40 kamera operator harus berpindah tempat dari kutub utara ke kutub selatan untuk mengambil gambar kehidupan binatang.
Pemandangan yg menjadi favourit Lee adalah the sekumpulan burung bangau yang melintasi pegunungan himalaya untuk bertahan hidup. “Biarpun melintasi gunung2 tsb adalah ancaman mati bagi mereka, burung2 bangau tsb menantang perbatasan alam”. ujar Jang. Karena film tsb tidak bergantung pada teknologi digital hanya pemandangan yg natural, Jang tidak dapat mengalihkan pandangannya dari layar kaca ketika dia melihat dokumentari film ini untuk pertama kalinya.”Kebanyakan binatang2 di film ini sangat mengesankan – seperti gajah afrika yang meninggalkan rumahnya untuk mencari air.” Perjalanan gajah2 tsb secara langsung mereflesikan lingkungan bumi saat ini – kekurangan dan kekeringan air.
Bekerja sebagai narasi bagaimanapun juga sulit, “Narator terdahulu , Patrick Stewart, lebih berpengalaman daripada saya” ujar Jang. “Pada awalnya saya tidak yakin jika saya dapat menarasikan dengan baik”.
Jang ingin terasa lebih akrab dengan pendengarnya, dan terkena ke sasaran.Menariknya, ini adalah pekerjaan Jang yg pertama di
”Narasi dubing tidaklah mudah” ujar Lee. “Ini berbeda dengan acting sebagai karakter”. Rekaman 90 menit narasi untuk preview film membutuhkan waktu 5 jam bagi Jang.
Namun setelah melalui usaha yg sangat besar, dia bangga bisa mempersembahkan film tsb untuk pemirsa
By Park Eun-kyung Movie Week/ Lee Eun-joo Staff Reporter [angie@joongang.co.kr]
source : http://joongangdaily.joins.com/article/view.asp?aid=2893576
Alih bahasa oleh shinbi
0 komentar:
Post a Comment